Mau
dapat potongan harga biaya kesehatan? Pastikan desa Anda tidak terlibat
pembalakan liar. Itulah peraturan yang dibuat Klinik Kesehatan Asri yang
terletak di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. Reporter Heriyanto
mengajak kita masuk ke hutan dan melihat bagaimana klinik ini menjalankan
aturan tersebut.
Di pagi
hari sudah ada antrian panjang orang-orang yang menunggu gilirannya mendapatkan
perawatan kesehatan di klinik Alam Sehat, Asri.
Nurman cemas. Pasalnya hari ini ia harus mengeluarkan uang yang lebih
banyak dari biasanya demi mendapatkan perawatan kesehatan. Ia berasal dari
sebuah desa yang mendapatkan predikat ‘merah’ – artinya, di sana masih ditemukan pembalakan liar.
Desa ini
sebelumnya pernah berhasil menjadi ‘desa hijau’. Saat itu selama dua bulan
Nurman hanya membayar biaya berobat 115 ribu rupiah. Namun belakangan ini,
penebangan hutan kembali marak. Uang berobat yang biasanya dipakai untuk dua
bulan, sekarang hanya cukup untuk satu bulan saja.
Adi Bejo
Suwardi adalah staff Klinik Asri berkata, ”Nah kalau misalnya daerahnya rusak,
misalnya ada penebangan hutan di situ, ada sawmill di situ, dan masyarakatnya
kurang peduli dan kurang aktif melestarikan taman nasional kalau mereka berobat
ke klinik asri lebih mahal sedikit. Meski kita tetap kasih diskon sekitar 30an
persen.“
Hutan
yang ia maksud adalah Taman Nasional Gunung Palung, rumah bagi orangutan yang
terancam punah. Dokter asal Amerika Serikat bernama Kinari Webb mendirikan
klinik ini di pinggiran taman nasional tersebut, tiga tahun lalu.
“Tujuh
belas tahun yang lalu ketika saya tinggal di hutan. Saya punya seorang teman
bernama Pak Tadin yang juga kerja di Hutan. Pak Tadin suatu hari terluka di
tangan kanan. Luka itu sebenarnya tidak terlalu besar. Ya besar, tetapi tidak
terlalu besar. Tapi Pak Tadin takut sekali. Dia orang yang kuat dan berani.
Tetapi dengan luka kecil itu dia sudah takut sekali seperti mau mati,” cerita
Kinari. Dan sejak itu Kinari tahu bahwa pemahaman orang lokal mengenai
kesehatan sangat minim.
“Pak
Tadin belum pernah kena suntik tetanus. Tidak ada akses ke antibiotik saat itu.
Dia tidak mengerti tentang kuman dan lain-lain. Dan itu tangan kanan. Penting
baginya untuk mencari uang. Bila dia tidak bisa kerja keluarga tak bisa hidup.“
Maka ia mendirikan klinik ini.
Ia
menunjukkan kebun organik yang terletak di sebelah Klinik Asri. Kalau para
pasien tidak mampu bayar biaya perwatan kesehatan dengan uang, mereka bisa
bekerja di ladang-ladang ini atau memberikan benih.
Menurut
Kinari, warga menebang pohon karena tak punya alternatif pekerjaan lain. Karenanya
ia membuat kursus pelatihan pertanian berskala kecil. Warga setempat, Srikandi,
ikut pelatihan tersebut.
“Karena
masyarakat kami ini khan 85 persen adalah petani, sementara sisanya 15 persen
adalah perambah hutan. Namun sekarang dengan adanya pelatihan dari Klinik Asri,
bisa mengalihkan masyarakat dari merambah hutan menjadi petani. Jadi sedikit
demi sedikit masyarakat kami sudah menanam sayuran,” ujar Srikandi.
Menurut
Kinari, Klinik Asri adalah kombinasi antara kesehatan dan lingkungan. “Filosofi
kami, bahwa dunia tidak bisa sehat kalau manusia tidak sehat dan lingkungan
juga tidak sehat. Jadi dua-duanya harus sehat supaya masa depan sehat untuk
kita semua. Jadi kami pikir hanya solusi yang kombinasi kedua-duanya bisa
selamatkan kita untuk masa depan. Jadi selamatkan hutan juga selamatkan
manusia.”
Sejak klinik
ini berdiri, lebih banyak orang yang sadar akan pentingnya pelestarian hutan. “Jadi
ada perubahan lah dari pola hidup masyarakat yang mulai sadar. Mereka merasakan
kalau debit air sudah mulai berkurang. jadi mereka mulai sadar, ketika mereka
menebang pohon, mereka juga mengurangi jatah air untuk hidup mereka."
Selain
desa merah dan hijau, ada juga kategori desa biru dan ungu. Desa biru adalah
desa yang tidak berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung dan masih ada
pembalakan liar di sana. Sementara daerah ungu adalah daerah yang belum membuat
kesepakatan dengan Klinik Asri, misalnya untuk menjaga hutannya. Desa seperti
ini tak dapat diskon berobat di klinik.
Desa
Benawai Agung membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendapt predikat desa
hijau. Dulu, hampir setiap hari para pembalak liar menebang pohon di taman nasional.
Sepertiga hutan di desa itu kini sudah hilang. Tapi kini terjadi perubahan.
Pembalakan liar perlahan mulai menghilang.
Alhasil,
warga desa bisa menikmati potongan 70 persen di klinik kesehatan Asri. Ini
membuat Ranita senang sekali. ”Yang tidak mampu kan bisa tertolong dengan
adanya Klinik Asri ini. Jadi masyarakat tuh tidak memikirkan untuk biaya
berobat lah," ujar Ranita.
Dr
Kinari Webb mengatakan, dunia akan berterima kasih pada masyarakat setempat di
dearah sekitar Taman Nasional Gunung Palung, karena telah menjaga hutan mereka.
“Kami
bisa lihat banyak perbedaan hanya dalam tiga tahun ini. Banyak orang ceritakan
bahwa sebelum mereka ke klinik mereka tidak begitu sadar bahwa kesehatan
manusia juga sangat tergantung kesehatan dunia. Mereka kini sudah sangat sadar
bahwa hutan sangat penting. Dan masyarakat di daerah ini bilang mereka jauh
lebih sadar bahwa bila mereka masih ingin mendapatkan air di masa mendatang
mereka harus menjaga hutan,” tutupnya. (*)
No comments:
Post a Comment