Thursday, August 21, 2008

Belajar dari Kenekatan, Bermodal Keyakinan

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengikuti pelatihan pembuatan feature di Kantor Berita Radio 68H di daerah Utan Kayu Jakarta Timur. Saya termasuk salah satu dari empat kontributor daerah yang diundang kbr68h yakni Didik Syahputra dari Blitar, Rony Rahmata dari Padang, dan seorang lagi Saiful Bahri asal Aceh. Saya sendiri dari Pontianak, Kalimantan Barat.


Pelatihan ini berlangsung selama 2 minggu penuh, yakni mulai 29 Juni hingga 13 Juli 2008. Bagi saya, ini pelatihan yang mengasyikkan sekaligus melelahkan. Mengasyikkan karena saya dapat banyak pengalaman baru. Melelahkan karena, bayangkan saja, para peserta hanya diberi jatah sehari untuk teori, selanjutnya turun langsung ke lapangan dan membuat laporan. Kami masing-masing mendapatkan tugas membuat 2 buah feature yang menarik. Temanya boleh beragam.

Terus terang bagi saya ini tugas yang paling memusingkan. Bagaimana tidak, dalam waktu setengah hari saya harus mencari tema menarik. Apalagi ini di Jakarta. Kota yang belum begitu saya kenal, kecuali lewat televisi dan surat kabar.

Saya masih beruntung bisa menemukan satu tema yang bisa saya presentasikan pada Doddy Rosadi mentor pelatihan ini. Teman saya, Roni Rahmata dari padang sampai hari ketiga masih juga belum mendapatkan tema yang tepat. Beberapa kali tema yang ia ajukan ditolak oleh Doddy. Rony sempat patah arang. “Susah cari tema yang tepat. Yang kuanggap tema bagus dan menarik, ternyata malah dianggap tidak layak,” keluh Rony.

Salah satu studio kbr68h yang dipakai untuk menyiarkan berita ke seluruh Indonesia

Pada awalnya saya mengusulkan tema krisis air yang dialami Jakarta. Usul ini diterima Doddy. Katanya tema ini layak siar. Tapi kemudian saya batalkan usulan ini. Saya merasa tidak sanggup mengerjakan tema ini. Padahal narasumbernya sudah saya list, nomor kontaknya juga sudah saya pegang. Hanya saja butuh energi yang besar untuk mewawancarai para narasumber ini. Kesulitan saya jelas pada akses pada narasumber itu. Saya perkirakan dalam waktu 2 minggu belum tentu saja bisa menyelesaikan wawancara.

Ternyata keputusan adalah hal yang paling tepat. Keberuntungan saya berlanjut. Secara tidak sengaja saya mendapatkan tema yang tepat untuk dikerjakan. Ceritanya, sore itu dihari ketiga pelatihan saya membuat janji pertemuan dengan Aini, teman lama yang saya kenal ketika mengikuti pelatihan jurnalistik di Universitas Lampung pada 2005 lalu. Kami memang sudah tidak lama bertemu dan hanya berkomunikasi lewat telpon. Aini sekarang bekerja di Bank Danamon. Aini seorang yang ramah dan supel. Dia punya banyak relasi, juga punya banyak teman. Sewaktu kuliah dia aktif di pers kampus di Universitas Negeri Jakarta.

Kami mencari tempat yang enak di Plaza Sudirman. Obrolan demi obrolan pun berlangsung hangat. Saya ceritakan soal tugas yang diberikan dalam pelatihan. Ternyata Aini punya tema yang menarik. Dia usul soal kegiatan anak-anak senirupa yang tergabung dalam Serrum Art Jakarta yang punya kegiatan sosial bagi anak jalanan di Jakarta. Saya tertarik dengan tema ini.

Aini berbaik hati memperkenalkan saya pada Arman dan Gunawan. Keduanya adalah para pegiat di komunitas Serum. Lewat Gunawan saya dapat banyak informasi tentang rumah bambu, sebutan bagi program yang mereka bikin untuk anak jalanan. Nama ini kemudian saya ambil sebagai judul cerita. Saya berhasil menyelaikan semua wawancara yang saya rencanakan. Setelah semua lengkap, saya pun berhasil membuat cerita rumah bambu. Cerita ini saya selesaikan dalam sepekan.

Meski gembira, tapi ini baru tema pertama. Meski sudah berpikir keras tema kedua belum juga saya dapatkan. Suatu sore di saat sedang berbaring di hotel tempat saya menginap, saya teringat Aini. Saya hubungi Aini via sms. Saya katakan masih pusing dengan satu tema lagi. Beberapa saat telpon berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk. Aini mengatakan punya teman yang mengajar komik di Lapas Anak Tangerang. Saya kegirangan. Saya melompat-lompat di tempat tidur. Ini bakal jadi cerita yang menarik, begitu pikir saya.

Aini berjanji malam itu juga akan mempertemukan saya dengan Maman, si pengajar komik di lapas anak Tangerang. Tapi masalahnya Maman tinggal di Depok. Aini lupa-lupa ingat kendaraan umum apa yang harus dipakai menuju rumah Maman. dia minta Maman untuk memandu lewat sms. Tapi dasar cewek nekad, hanya berbekal info yang sedikit itu Aini tetap saja mau pergi. Kami bahkan sempat salah naik busway. 2 jam kami di perjalanan. akhirnya sampai juga di Margonda Depok di tempat tinggal Maman. Karena sudah malam, sekitar jam 11, malam itu saya tidur di depok. Oleh Maman Aini diantar pulang dengan sepeda motor ke kostnya di Fatmawati Jakarta Selatan.

Besoknya saya dan maman berangkat ke Lapas Anak Tangerang Banten. Ini perjalanan yang cukup melelahkan. Maman membawa motor dengan kecepatan tinggi. Satu setengah jam baru sampai di Tangerang. Keberuntungan masih berda di pihak saya. Saya bisa masuk dengan mudah ke dalam Lapas anak tangerang dengan mudah, tanpa harus mengurus berbagai ijin yang berbelit-belit. Padahal biasanya butuh setidaknya 1 minggu untuk mengurus ijin liputan sana. Ini karena Maman sudah lama mengajar di sana.  Dihitung-hitung sudah 3 tahun maman memberikan pelajaran membuat komik untuk penghuni lapas.

Saya mewawancarai beberapa anak. Ada Okan, Adi dan Hendra. Ketiganya adalah murid Maman. mereka mengaku sangat suka pelajaran membuat komik yang diajarkan oleh Maman. bagi anak-anak lapas itu menggambar komik bisa menghilangkan kejenuhan selama di penjara. Hendra, misalnya mengaku dengan menggambar setiap hari. Bila sedang rindu ibu, ia tuangkan dalam komik. Begitu pula bila ia sedang kesal.

Sementara okan menggambar pengalaman kenapa ia sampai masuk ke lapas. Ia mengaku menyesal dengan apa yang telah dia perbuat. Untuk materi wawancara anak-anak ini saya anggap cukup. Saya juga merekam suasana maman sedang mengajar. Yang paling berkesan ketika okan menyanyikan lagu anak penjara. Saya tersentuh.

Setelah semua lengkap, sore itu juga saya kembali ke hotel dan segera kembali ke kantor. Saya sudah tidak sabar mengerjakan tema kedua ini. Akhirnya saya bisa selesaikan tema ini dalam 4 hari. Saya beri nama cerita ini komik curhat. Tulisan saya diedit oleh Citra Prastuti, editor program Saga kbr68h. Saya tidak sempat mendengar hasil miksing feature ini karena keburu pulang ke Pontianak.
Beberapa minggu kemudian, Aini mengirim pesang singkat. Isinya mengabarkan bahwa ia sedang mendengarkan cerita Komik cuhat ini diputar oleh kbr68h. Menurutnya isi ceritanya bagus. Terima kasih Aini. Saya hanya bisa bersyukur.

Yang bikin senang, cerita ini ternyata diusulkan citra untuk mengikuti ajang penghargaan jurnalis terbaik oleh AJI Jakarta. Meski tidak lolos saya tetap senang. Ini adalah pengalaman kali pertama saya. Semoga nanti bisa bikin karya yang lebih bagus.

Bagi saya membuat berita feature radio adalah hal baru. Sebelumnya saya terbiasa bikin feature untuk cetak. Meski pada prinsipnya tidak ada yang perbedaan yang begitu mencolok antara feature cetak dan radio, namun bagi saya membuat feature radio terasa lebih sulit. Beberapa pengalaman teknik harus saya kuasai. Tidak hanya soal menulis, namun kemampuan khusus seperti penguasaan pada Adobe Audition atau Cool Edit Pro. Program ini penting untuk memotong-motong suara narasumber. Program ini juga penting untuk miksing hasil akhir liputan.

Saya juga baru mengenal program ini dan belajar secara otodidak beberapa waktu sebelum berangkat. Bekalnya adalah kenekatan belaka. Tapi dari kenekatan itu saya belajar banyak hal. (*) 











6 comments:

Anonymous said...

hai, her ko kurang si ngasih label buat gw, cuma ramah dan supel? aturan pake cantik & baik hati kamu juga he3.... habat lo her, belajar otodidak juga hasilnya bagus. kapan ke jakarta lagi? tapi udah sarjana ya jangan mahasiswa terus

Anonymous said...

emang dasar lo, gak bisa dipuji,, narsis,,hehe.. btw, makasih banyak yah atas jasa-jasanya mengantarkan diriku jalan-jalan selama di jakarta..

kapan yah ke jakarta? belum ada rencana sih, tetapi semoga ada kesempatan buat jalan-jalan lagi ke sana...

Anonymous said...

Wah, cerita tentang saya kurang banget. Padahal kemana mana kan lebih banyak dengan saya. Nonton bola, juga tidur di rumaha kakak saya 2 hari, gratis lagi. Kenapa nggak diekpos ?, he..he....

Bagus Her tulisannya, suer !!!!

Didi Blitar

Anonymous said...

Semoga saja Her pertemuan kita nanti di Jakarta membuahkan sesuatu yang sangat berguna bagi diri kita, KBR dan Bangsa Indonesia !!!!!.

Siapa tahu ficer kita juara sehingga bisa sama sama ke luar negeri......

Didi Saputra

Anonymous said...

Amin semoga saja mas!! Oya, gimana usaha ayamnya kalau ditinggal ke luar negeri...hehe...

salam

heri

Anonymous said...

top! udah lama gak nulis jd kangen nls lg pas bc tlsn ini! sukses ya pak!! sidak sanggau