Oleh Heriyanto
Kita tentu sering menyaksikan sebuah berita yang
dilaporkan bukan oleh wartawan, tetapi oleh warga biasa. Yang terbaru misalnya
berita robohnya Jembatan Tenggarong di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Video yang untuk pertama kali disiarkan oleh TVOne misalnya merupakan hasil
rekaman warga yang kebetulan berada di lokasi tersebut. Peristiwa runtuhnya
Jembatan Tenggarong berlangsung dengan sangat singkat, sekitar 30 detik saja.
Dengan peristiwa secepat itu, kecil kemungkinan ada wartawan yang berada di lokasi
persis saat peristiwa itu terjadi.
Peristiwa lain misalnya bencana tsunami di Aceh, tsunami
di Jepang, banjir bandang di Wasior, Papua, serta sejumlah bencana lainnya.
Rekaman gambar atau foto saat terjadinya bencana itu justru diambil oleh warga
yang sekaligus korban dari bencana itu. Mereka adalah orang-orang yang berada
di lokasi kejadian dan kemudian berinisiatif untuk mengambil video atau foto
dengan alat-alat yang mereka milik, terutama dengan menggunakan handphone.
Banyak peristiwa yang saat kejadian itu berlangsung tidak
sempat dijangkau oleh wartawan, misalnya karena lokasi yang jauh dan medan yang
berat. Orang yang berada langsung di tempat kejadian dan menyaksikan peristiwa
tentu saja adalah warga lokal atau barangkali korban yang selamat. Kebetulan
mereka mempunyai alat-alat untuk merekam gambar atau memotret. Bisa dipastikan,
hasil rekaman gambar atau foto warga itulah yang akan dipakai pertama kali oleh
media, terutama televisi dan media online. Media cetak juga ada yang mencetak
foto tersebut keesokan harinya.
Saat ini media mainstrema juga memiliki kolom, rubrik,
atau program citizen jurnalism yang menandakan bahwa jurnalisme warga ini sudah
dianggap penting keberadaannya.
Dalam beberapa kejadian, misalnya gempa dan tsunami di
Pulau Mentawai, karena medan dan lokasi yang sulit dicapai, wartawan baru bisa
masuk ke lokasi beberapa hari setelah peristiwa itu terjadi. Padahal kondisi
korban saat itu sudah sangat memprihatikan. Sejumlah warga berinisiatif membuat
laporan dengan merekam kondisi korban pasca tsunami. Beberapa televisi nasional
memuat laporan tersebut.
Inilah yang disebut sebagai citizen jurnalism atau
jurnalisme warga. Sejumlah laporan yang dilaporkan oleh warga yang ada di
sekeliling mereka. Kalau di kota misalnya kemacetan jalan, padamnya traffic
light, kecelakaan jalan raya dll.
Kalau di daerah misalnya terjadinya bencana banjir, tanah
longsor, gagal panen, serangan hama tanaman dll. Manfaatnya, pertama bagi
media. Mereka akan sangat terbantu dengan laporan utama ini. Kedua, bagi warga
sendiri, dengan laporan itu, peristiwa itu akan diketahui dengan lebih cepat
oleh masyarakat luas sehingga bisa segera dilakukan tindakan yang diperlukan.
Asalkan: kejadian itu tidak menguntungkan salah satu pihak, misalnya bukan fitnah, bukan
berita bohong dan mengada-ngada, mendiskreditkan salah satu pihak. Maka laporan
yang disampaikan haruslah sebuah fakta dan benar-benar terjadi. Karena itu
citizen jurnalism juga tak boleh melaporkan opini pribadi si penulis.
Citizen Jurnalism juga bisa menumbuhkembangkan kritisme
warga. Dalam banyak kasus dimana media umum tidak berani memberitakannya, jurnalis warga bisa mengambil peran ini.
Medianya bisa macam-macam, mulai dari blog pribadi hingga sosial media seperti
facebook atau twitter.
Jurnalisme sendiri secara sederhana diartikan sebagai
sebuah mekanisme dalam mencatat dan melaporkan peristiwa. Jadi jurnalisme warga
adalah pelaporan peristiwa yang dilakukan oleh warga. Yang dimaksud warga biasa
di sini yakni mereka yang memang bukan berprofesi sebagai wartawan. Mereka bisa
berprofesi apa saja. Bisa guru, karyawan swasta, petani, aktivis LSM, dan lain
sebagainya. Inilah yang membedakan jurnalisme konvensional dengan jurnalisme
warga. Namun jurnalis warga juga sama-sama menghasilkan karya jurnalistik. Dan
juga memiliki kewajiban yang sama, yakni melakukan verifikasi di lapangan. Karena itu jurnalis warga tidak bisa membuat
berita seenaknya.
Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini,
jurnalisme warga memang sudah jauh berkembang. Hampir semua warga kini memiliki
handphone yang didalamnya memiliki berbagai aplikasi, seperti kamera atau
perekam video. Kualitasnya juga cenderung meningkat. Karena itu semua orang
kini bisa dengan mudah merekam sebuah peristiwa dan kemudian melaporkannya.
Namun tentu saja tidak semua laporan warga bisa diterima
dan dimuat di sebuah media. Karena ini melaporkan peristiwa yang nantinya
terkait dengan hak publik untuk mendapatkan informasi dengan benar, maka
jurnalis warga juga perlu memperhatikan hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan atau biasa disebut kode etik. Misalnya tidak boleh melakukan
kebohongan, memuat laporan yang menjurus pada fitnah, atau laporan yang tidak
berdasar.
1 comment:
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
Saya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...
Post a Comment