Ribuan hektar
kelapa di Desa Seruat Dua, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat mati secara
misterius. Dugaan sementara, penyebabnya adalah serangan hama kumbang badak.
Namun warga desa lebih yakin, air laut yang merangsek masuk ke wilayah desa-lah
biang kerok semuanya.
Oleh Heriyanto, Kubu Raya
Pagi masih berkabut di Desa Seruat Dua, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
Barat. Syamsudin Punna, 35 tahun, sudah siap dengan berbagai perlengkapan.
Sebuah perahu motor tertambat di sungai kecil di depan rumahnya. Warga Desa
Seruat Dua itu hendak menuju kebun kelapa miliknya yang bisa dijangkau dengan
perahu.
Perahu bergerak dengan pelan. Suara mesin perahu menderu. Tak sampai 10
menit, terlihat di sepanjang pinggir sungai, batang-batang pohon kelapa berdiri
menjulang, sama sekali tak berdaun. Tampak seperti hamparan tiang bendera. “Ini
kebun kelapa milik keluarga kami. Lihat saja, kini jadi begini. Habis, mati
semua,” ujar Syamsudin sembari menunjuk ke arah batang-batang kelapa yang sudah
mati itu.
Perahu menyusur ke tempat lain. Di sejumlah tempat, terlihat banyak pohon
kelapa yang sudah tidak berbuah meski daunnya masih lengkap dan berusia
produktif. “4 tahun lalu, pohon kelapa ini masih berbuah lebat, namun sekarang
berhenti total. Lihat daunnya sekarang menguning. Saya takut ini merembet ke
kebun lain yang masih berbuah,” kata Syamsudin dengan mimik serius.
Lokasi kelapa yang mati rata-rata adalah daerah yang telah terendam air
laut. Menurut Syamsudin, di lokasi yang cukup tinggi pohon kelapa mereka masih
baik-baik saja. “Saya tidak tahu istilahnya secara ilmiah bagaimana, tetapi
menurut pengalaman kami sih kematian
kelapa ini ada hubungannya dengan masuknya air asin,” tambah Syamsudin.
“Setiap tahun kan kebun kelapa
kami secara perlahan yang di muara itu mati. Begitu kebun yang ada di laut itu
mati kami bikin lagi kebun di tempat lain. Begitu mati lagi, kami akan bikin lagi
di tempat lain. Nah kalau lahan sudah habis otomatis kami tidak ada lahan untuk
berpindah-pindah lagi, bertahan di tempat yang ada. Kalau di lahan yang ada ikut
mati juga ya kami nggak bisa
apa-apa lagi, ya ikut mati lah,” cerita
Syamsudin saat berkeliling lokasi kebun.
Kondisi yang sama terjadi pada kebun kelapa milik Muhammad Yunus, bendahara
desa. Lokasinya sekitar 100 meter dari kebun Syamsudin. Beberapa hektar kebun
kelapa milik Yunus juga mati dan tidak berbuah. “Saya harus cari lokasi lain
untuk menanam kelapa yang baru. Kalau mengandalkan kebun yang lama, sekarang
kurang produktif,” kata Yunus.
Mencari lokasi baru bukan perkara mudah. Tanah yang tersedia semakin
menyempit. Kalau pun sudah ada lokasi baru, tanah itu tidak bisa langsung
ditanami kelapa. “Tanah di sini khan
gambut, jadi nggak bisa langsung ditanam kelapa. Minimal harus ditanam jagung
dulu. Kalau gambutnya sudah kurang baru bisa ditanam kelapa,” tambah Yunus.
Penurunan produksi kelapa di desa Seruat Dua, bukan hanya dialami satu dua
petani. Ada ratusan petani yang kini sedang was was. Problemnya sama: kelapa
mereka makin berkurang buahnya. Warga desa yang merupakan petani tradisional
dan mengandalkan pengetahuan dari pendahulu mereka ini belum tahu langkah
seperti apa yang harus mereka lakukan. Sebelumnya kejadian seperti ini tidak
pernah terjadi.
Ketika ditanya soal luas kelapa yang sudah mati, Muhammad Yunus tidak bisa
menjawab pasti. Menurutnya lokasi yang mati maupun yang tidak berbuah sudah
sangat luas. “Saya tidak bisa menghitung secara rinci, kemungkinan sudah ribuan
hektar yang mati,” ujar Yunus dan kemudian melanjutkan kalimatnya, ”Kalau dihitung
sudah puluhan ribu pohon yang mati. Kalau yang sudah tidak produktif, saya
tidak persis berapa globalnya, tapi bisa dikatakan sudah ada 500-600 hektar
sudah tidak produktif. Boleh dikatakan sudah tidak menghasilkan apa-apa itu.”
****
Kelapa adalah sumber penghasilan bagi warga desa Seruat Dua. Desa ini
termasuk penghasil kopra terbesar di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Kopra adalah daging kelapa yang dikeringkan dan digunakan sebagai bahan pembuat
minyak goreng. Kopra dari dari Seruat Dua biasanya dikirim ke Pontianak oleh
para penampung. Sebelumnya desa ini mampu menghasilkan 150 ton kopra pertiga
bulan. Tapi menurut warga, produksi kopra di desa ini kini sudah jauh menurun.
Diperkirakan hanya tinggal 40-50 ton saja, kata Iswandi, salah seorang warga.
Di sebuah pondok kecil, di tengah kebun kelapa, Mak Nimah sedang sibuk
mencungkil satu per satu daging kelapa dari kulitnya. Batok-batok kelapa yang
dilempar ke luar pondok menghasilkan suara gemeretak. Ada 4 orang perempuan
yang membantu Mak Timah. Mereka dibayar berdasarkan jumlah kelapa yang
dicungkil. Beberapa keranjang sudah penuh terisi daging kelapa. Daging kelapa yang
sudah dicungkil ini selanjutnya dikeringkan dengan cara diasapi selama beberapa
jam.
Produksi kopra inilah yang menjadi sumber penghasilan Mak Nimah. Maka wajar
saja bila perempuan ini resah saat buah kelapa miliknya banyak yang tak
berbuah. “Dulu tidak seperti ini. Buah kelapa melimpah. Tapi sekarang semakin berkurang.
Saya bingung harus bagaimana,” keluh Mak Nimah.
Mayoritas warga Desa Seruat Dua menggantungkan hidup pada produksi kopra.
Ketika kopra menurun, pendapatan warga juga berkurang. Inilah yang dialami
Iswandi, warga setempat. Dulu dari 1 hektar kebun kelapa miliknya, dia bisa
memperoleh uang 1,5 juta, tetapi sekarang hanya 300 ribu rupiah.
“Kebun kelapa saya ada 1 hektar lebih, tetapi buahnya makin berkurang. Dulu
dari kebun itu, bisa dapat jutaan rupiah. Tetapi sekarang susah. Paling hanya
bisa dapat 300an ribu. Mau cari penghasilan lain sulit. Karena di sini susah
mau bercocok tanam lain, selain kelapa. Makanya kami sekarang harus menghemat
uang, supaya masih bisa tetap makan. Beberapa warga coba menggarap tanah kosong
di dekat hutan untuk ditanami jagung. Tapi itu juga kena serang hama babi
hutan.”
Warga desa kerap berseloroh akan melamar kerja Bank saat ditanya apa yang
akan mereka lakukan jika kebun kelapa mereka sudah habis. Maksudnya kerja
sebagai pegawai bank Pak? “Bukan. Maksud saya kerja jadi kuli bangunan,” jawab
Syamsudin, terkekeh. Tentu ini bukan sekedar gurauan biasa. Warga sama-sama
resah bila harus berubah profesi. Jadi kuli bangunan misalnya. Warga selama ini
sudah merasa cukup dari hasil kebun kelapa mereka. Karena itu keresahan muncul
saat kebun kelapa banyak yang tak berbuah.
“Betul betul resah sudah. Karena memang selama ini hidup kami hanya bisa
mengandalkan berkebun.. berkebun.. berkebun.. Tidak ada pencarian lain di sini.
Tidak seperti di kota-kota, kalau tidak berkebun bisa kerja berkuli atau kerja
di pasar atau dimana. Kalau di sini tidak ada. Mau berkuli pun ya di kebun.
Pencarian kami benar-benar di kebun. Kalau kebun rusak, otomotis kami tidak
bisa apa-apa,” ujar Syamsudin dengan raut wajah sedih.
Iswandi, pemuda desa setempat bercerita, warga punya kebiasaan meminjam
uang kepada penampung. Setelah panen biasanya mereka akan membayar hutang
tersebut. Namun karena produksi berkurang, mereka kini terjerat hutang.
***
Desa Seruat Dua berada di pesisir Kabupaten Kubu Raya. Desa ini bukanlah
daerah yang mudah dijangkau dengan jalan darat. Belum ada jalan yang memadai
untuk ke sana. Jika memaksa melalui jalur darat, siap-siap lah menggunakan
jalur perkebunan kelapa sawit. Tentu dengan resiko menemui jalan yang licin dan
rusak parah. Lebih-lebih bila sedang musim hujan.
Jalur yang aman dan kerap dipakai warga adalah menggunakan jalur sungai.
Umumnya warga menggunakan kapal klotok yang melintasi Sungai Kapuas. Butuh
waktu sekitar 5 jam dengan transportasi ini. Tapi jika ingin lebih cepat sampai
bisa menggunakan speedboad, yang bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 2 jam.
Sungai-sungai baik besar maupun kecil dengan mudah ditemui di desa ini. Kehidupan
warga sangat erat dengan sungai. Sungai menjadi sarana penghubung antar kampung
dan sekaligus juga sebagai sumber penghasil ikan, kepiting, dan kepah. Namun,
banyaknya sungai yang menghubungkan wilayah pesisir dan kampung telah
menghasilkan masalah tersendiri. Menurut keyakinan warga, air laut terus
merangsek masuk ke desa melalui sungai-sungai tersebut. Syamsudin menegaskan
kembali soal ini ketika kami melalui menyusuri aliran air sungai dari arah pesisir.
Lelaki ini dengan lincah turun dari perahu dan menunjukkan lokasi yang beberapa tahun lalu ditempati namun kini
sudah ditinggal pergi penghuninya.
“Di sini dulu banyak rumah, Pak. Nah di situ ada dulu ada masjid, di situ
ada rumah besar. Sekarang bapak lihat, hanya tinggal semak-semak. Semuanya
sudah pindah,” beber Syamsudin.
Di sejumlah tempat saya masih melihat sejumlah nisan yang tidak terawat dan
ditumbuhi rerumputan yang meninggi. Ini menjadi pertanda bahwa di lokasi
tersebut memang pernah ada perkampungan. Kami bergerak ke tempat lain. Di
sejumlah tempat, ada puluhan rumah yang sudah tampak reot, tak berpenghuni.
“Ada yang pindah ke Pontianak, ada yang ke Sungai Jawi, pokoknya banyak tempat
lah. Soalnya wilayah ini sudah terendam air laut,” ujar Syamsudin sambil
sesekali menunjuk ke rumah kosong di depannya.
Menurut Syamsudin desanya sudah 3 kali berpindah lokasi karena terendam air
laut. Setiap kali terendam, warga harus mencari tempat lain sebagai lokasi desa
yang baru. Biasanya lokasinya bergeser sekitar 2 kilometer dari desa
sebelumnya, menjauhi pesisir. Namun belakangan ini warga khawatir, karena
wilayah desa yang sekarang ditempati juga mulai dimasuki air laut.
“Sekarang bapak sendiri bisa lihat, baru 3 hari tidak turun hujan airnya
sudah asin, bahkan sudah tidak layak untuk dipake mandi. Mungkin dalam seminggu
ini mungkin airnya bisa dibikin garam. Seperti apa yang kita lihat sekarang,
kita sudah tidak bisa bercocok tanam lagi, cuma yang bisa hidup di sini cuma
kelapa, mungkin karena kelapa ini bisa tahan air asin dalam jangka waktu selama
satu tahun, setelah itu tidak produktif lagi,” papar Muhammad Yunus.
Dalam beberapa tahun mendatang, bisa jadi wilayah yang sekarang mereka
tempati juga digenangi air laut. Bila air semakin tinggi, rumah, masjid, dan
tanaman warga akan musnah. Sialnya, separuh lebih hutan desa yang berfungsi
menetralisir dan menahan air laut telah berganti menjadi kebun kelapa sawit.
“Karena air asin ini masuknya ke dalam parit sekunder, masuknya ke
kampung-kampung ini, karena hutan-hutan ini sudah menipis, air tawarnya tidak
ada yang menampung. Karena di hutan yang melindungi desa seruat dua, yang kami
anggap sebagai hutan lindung ini sudah menipis dibabat, bahkan sudah hampir
habis,” kata Muhammad Yunus.
Untuk mengurangi masuknya air laut ke perkampungan, warga lantas membendung
sungai-sungai. Mereka menyewa alat berat untuk membangun bendungan dari tanah
sepanjang 11 kilometer. Mereka menancapkan batang-batang kelapa untuk memperkuat
bendungan. Warga merasa ini sudah mencukupi untuk menghalau air laut. Namun ini
jadi masalah tersendiri karena warga sama sekali tak membangun pintu air. Pada musim hujan, air dari kampung tak bisa
keluar dengan ke laut. Banjir sangat rentan terjadi. “Kami tak punya cukup uang
untuk membangun pintu air. Terlalu mahal, karena jumlah sungai yang ditutup
cukup banyak,” ujar Sutami, kepala proyek pembangunan bendungan.
****
Lantas apa hubungan antara masuknya air asin dengan kematian kelapa?
Ketika liputan ini dilakukan, belum ada satu pun instansi pemerintah
meneliti masalah ini. Lokasi yang jauh dan terpencil diduga membuat informasi
soal kematian ribuan hektar kebun kelapa ini belum sampai ke pemerintah
kabupaten Kubu Raya.
Saya menyambangi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura. Kepada Kepala Lab, Sarbino, ditunjukkan sejumlah foto dan video
tentang kondisi kelapa di desa Seruat. Sarbino menjelaskan, air asin yang masuk
secara berlebihan akan mengurangi kesuburan tanaman. Pengaruhnya, buah
berkurang atau bahkan sama sekali berhenti berbuah. Sementara kelapa yang tidak
subur akan sangat rentan diserang hama.
Hama yang menyerang kelapa di Desa Seruat Dua, kata Sarbino, adalah kumbang
badak. Hama ini menyerang titik tumbuh: bagian penting tanaman yang menjadi
pusat tumbuhnya daun. Gejala serangan hama ini adalah munculnya daun berbentuk
kipas. Serangan hama kumbang badak bisa mematikan pohon kelapa hingga daunnya
habis tanpa sisa.
Kepala Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Kalbar Sajarwadi menjelaskan hama
kelapa ini umumnya menyerang di malam hari, langsung menuju ke batang.
Karenanya, petani sering tidak tahu jika kelapa mereka telah terserang hama.
Peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Kukuh Hernowo
mengatakan satu kumbang badak bisa mematikan satu pohon kelapa. Batang kelapa
mati selanjutnya akan menjadi sarang untuk berkembangbiak.
Kepala Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Kalbar Sajarwadi berjanji akan
mengirimkan tim ke Desa Seruat Dua, untuk menyelidiki kematian kelapa di sana.
“Kita akan cek ke lokasi, kita kirimkan tenaga teknis ke sana untuk
menginventarisir permasalahan yang ada dan sekaligus biasanya akan dilakukan
penyuluhan dan pembinaan kepada petani, dan nanti akan kita atur strategi
pengendaliannya,” janji Sajarwadi.
Kembali ke Desa Seruat Dua. Selama beberapa tahun terakhir warga menderita.
Warga khawatir, serangan terhadap kebun kelapa mereka makin luas. Entah itu
karena air laut maupun kumbang badak. Apalagi sampai saat ini belum ada satu
instansi pemerintah pun yang mengatasinya.**
2 comments:
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
Saya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...
SAYA IBU ROMLAH POSISI SEKARANG DI MALAYSIA
SUDAH 8 TAHUN SAYA KERJA JADI PEMBANTU DI MALAYSIA
MAU PULANG KE INDO TIDAK PERNA TERKABUL KARNA MASALAH KEUANGAN APALAGI HUTANG MASIH BANYAK SAMA TEMAN DI TAMBAH SAMA MAJIKAN SIANG MALAM SAYA SELALU MELAMUN KARNA TERLILIT HUTANG DAN SECARA KEBETULAN SAYA BUKA INTERNET ADA SESEORANG BERKOMENTAR SUKSES DENGAN CARA PASANG TOGEL KATANYA DI BANTU OLEH MBAH SERO KEBETULAN DI MALAYSIA ADA PEMASANGAN TOGEL JADI SAYA COBA HUBUNGI MBAH SERO SIAPA TAU INI REJEKI SAYA ANGKA YANG DI BERIKAN MBAH 6D TOTO TEMBUS 100% SYUKUR ALHAMDULILLAH SAYA SUDAH BISA MELUNASI HUTANG HUTANG SAMA TEMAN DAN MAJIKAN RENCANA MAU PULANG KAMPUNG UNTUK BUKA USAHA BAGI SAUDARAH SAUDARAH MAU SUKSES SEPERTI SAYA TERUTAMA YANG TERLILIT HUTANG SUDAH LAMA BELUM TERLUNASI JANGAN PUTUS ASA LANSUNG HUBUNGI MBAH SERO DI NO.HP: 082 370 357 999 ATAU BUKA BLOG MBAH KLIK DISINI PESUGIHAN TANPA TUMBALSAYA JAMIN MBAH TIDAK AKAN MENGECEWAKAN PASTI ANDA SUKSES ATAU BIKTIKAN AJA SENDIRI.
Post a Comment